Seiring perkembangan zaman, kemajuan teknologi membawa tingkat keselamatan pengemudi dan penumpang ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Beragam fitur pun makin ditawarkan para produsen kendaraan untuk melindungi kita sebelum terjadi insiden kecelakaan. Contoh aplikasi yang jitu adalah pada sistem pengereman dengan teknologi Anti-lock Braking System (ABS).
ABS bermula dari sistem mekanik Dunlop Maxaret di tahun 1950-an yang dibuat Gabriel Voisin untuk industri pesawat terbang. ABS masuk sektor otomotif terjadi pada tahun 1958 melalui sepeda motor Royal Enfield Super Meteor Motorcycle, dan tahun 1960 aplikasi pada mobil diterapkan pada ‘jet’ balap Ferguson P99, Jensen FF, dan Ford Zodiac.
Lalu Chrysler dan Bendix Corporation lantas menciptakan ABS modern dengan sistem komputerisasi pada tahun 1971 dengan nama Sure Brake. Namun, kesempurnaan ABS dibuat Bosch dan Mercedes-Benz dengan sistem elektronik 4-wheel multi-channel pada S-Class di tahun 1978.
Secara sederhana, ABS diartikan sebagai fitur yang berguna untuk meminimalkan kemungkinan roda mengunci ketika melakukan pengereman keras (hard braking). Hasilnya, mobil masih bisa diarahkan untuk melakukan manuver menghindar. Berbeda dengan mobil non-ABS, roda akan terkunci dan mobil akan meluncur tanpa bisa dikendalikan.
Biasanya trik yang digunakan untuk mobil non-ABS adalah mengocok rem agar roda tidak terkunci. Tindakan mengocok rem pada mobil ABS sama sekali tidak dibutuhkan dan akan membingungkan sensor sehingga akan berakibat mengurangi sensitifitas pengereman.
Nah, pada prinsipnya, ABS terdiri dari tiga bagian, yaitu sensor, modul dan komputer yang terintegrasi dengan Electronic Control Unit (ECU) kendaraan. Komputer bertugas menerjemahkan data yang diinput sensor, kemudian dilanjutkan pada modul untuk memberikan perintah kepada master rem agar mendistribusikan tekanan kepada setiap kaliper. Dulu ABS hanya disematkan pada mobil-mobil premium, namun kini mobil menengah pun memilikinya.
“Mobil ABS akan membuat jarak pengereman lebih pendek sedikit dibanding non-ABS karena roda tidak terkunci sepenuhnya. Namun, tetap saja ABS lebih aman dibandingkan non-ABS karena mobil mudah dikendalikan. Yang perlu diperhatikan, jangan sesekali mengocok rem mobil ABS karena efektivitas ABS akan berkurang,” jelas Iwan Abdurahman, section head technical service division-training department PT. Toyota Astra Motor.
PTO (Pendidikan Teknik Otomotif) merupakan sub jurusan [sejak 2010, menjadi jurusan] salah satu Perguruan Tinggi di Indonesia. Mahasiswa/i yang mengemban Pendidikan akan di Plot untuk menjadi tenaga pengajar yang akan mendidik generasi penerus bangsa mendatang.
Selasa, 13 Maret 2012
Anti-lock Braking System (ABS)